Duel Dingin di Kanada! Montréal vs Puebla Bikin Deg-degan 90 Menit

montréal vs puebla
Stade Saputo di Montréal, Kanada, menjadi panggung laga penuh tensi ketika CF Montréal menjamu Club Puebla dalam lanjutan fase grup Leagues Cup 2025. Suhu malam yang menusuk tak mampu membekukan panasnya atmosfer pertandingan. Dari awal hingga akhir, pertandingan ini benar-benar bikin deg-degan.
Bertemunya klub asal Kanada dan Meksiko ini bukan hanya soal strategi dan fisik. Ada ego, ada harga diri, dan tentu saja, ada tiket ke babak gugur yang dipertaruhkan. Kedua tim datang dengan misi berbeda, tapi hasil akhirnya: sama-sama tidak puas.
1. Laga Penuh Tekanan
Montréal datang ke pertandingan ini dengan beban mental. Setelah dua hasil buruk di MLS, kemenangan menjadi harga mati. Masalahnya, lawan yang datang bukan tim sembarangan. Puebla sedang dalam tren naik, dan membawa semangat khas Liga MX yang agresif dan tak kenal takut.
Bermain di kandang sendiri biasanya jadi keuntungan. Tapi tekanan suporter juga bisa berbalik jadi bumerang. Pelatih Montréal menyebutkan sebelum laga, “Kami tak hanya harus menang, kami harus menyakinkan semua orang bahwa kami pantas bertahan di turnamen ini.”
Puebla datang dengan kondisi lebih stabil. Pelatih mereka secara terang-terangan bilang targetnya adalah lolos dari grup sebagai juara. Modal kemenangan di laga sebelumnya bikin mereka tampil percaya diri sejak menit pertama.
2. Kick-off: Montréal Tampil Menggigit
Begitu peluit ditiup, Montréal langsung tancap gas. Mereka bermain dengan formasi menyerang 4-2-3-1, memanfaatkan kecepatan Lassi Lappalainen di sisi kiri dan visi permainan dari Victor Wanyama di tengah.
Di menit ke-15, Montréal dapat peluang pertama serius. Umpan terobosan dari Choinière hampir diselesaikan Offor, tapi kiper Puebla bergerak cepat memotong bola.
Namun bukan hanya Montréal yang menyerang. Puebla menunjukkan ketenangan luar biasa dalam tekanan. Mereka bermain sabar, menunggu celah dari kesalahan lawan. Guillermo Martínez dan Kevin Velasco beberapa kali membuat lini belakang Montréal pontang-panting.
3. Gol Indah dan Balasan Cepat
Di menit ke-52, sorak sorai pecah dari tribun tuan rumah. Matko Miljevic melepas tembakan dari luar kotak penalti setelah melewati dua pemain. Bola mengarah tajam ke pojok kiri bawah, mengecoh kiper Puebla. Montréal unggul 1–0.
Namun keunggulan itu tak bertahan lama.
Puebla langsung merespons hanya 7 menit berselang. Sepakan sudut dari sisi kanan ditanduk sempurna oleh Diego de Buen. Skor kembali imbang 1–1, dan momentum mulai berbalik.
Yang bikin tegang, ritme permainan jadi makin cepat. Kedua tim mulai bermain terbuka, saling adu serangan, saling unjuk kemampuan. Tapi bukan cuma strategi yang diuji malam itu—emosi pun ikut meledak.
4. Kartu Merah dan Situasi Jadi Panas
Menit ke-71 menjadi titik balik. Luis Garcia dari Puebla diganjar kartu kuning kedua setelah menjegal keras Choinière. Puebla harus bermain dengan 10 pemain.
Montréal langsung mengubah pendekatan. Mereka lebih mendominasi bola dan memasukkan dua pemain menyerang: Sunusi Ibrahim dan Ariel Lassiter. Tapi justru Puebla yang hampir mencuri gol lewat serangan balik cepat di menit ke-85, saat Kevin Velasco tinggal berhadapan dengan kiper namun gagal menyelesaikan.
Kiper Montréal, Jonathan Sirois, layak diberi pujian. Penyelamatannya di momen-momen genting jadi faktor kunci yang menyelamatkan tim dari kekalahan di kandang sendiri.
5. Statistik Pertandingan
Statistik | Montréal | Puebla |
---|---|---|
Penguasaan Bola | 56% | 44% |
Tembakan ke Gawang | 6 | 4 |
Tendangan Sudut | 7 | 3 |
Kartu Kuning | 1 | 3 |
Kartu Merah | 0 | 1 |
Statistik menunjukkan Montréal lebih dominan, tapi Puebla lebih klinis saat mendapatkan peluang. Meski kalah jumlah pemain, Puebla tetap menjaga ritme permainan dengan baik.
6. Pemain Terbaik
Gelar Man of the Match pantas diberikan kepada Jonathan Sirois. Kiper muda Montréal ini tampil luar biasa, terutama saat menepis dua peluang emas Puebla di babak kedua. Tanpa kehadirannya di bawah mistar, Montréal bisa saja menelan kekalahan menyakitkan.
Selain itu, nama Matko Miljevic juga layak diberi kredit atas gol indahnya. Sementara di kubu Puebla, Diego de Buen jadi penyelamat dengan sundulan tajamnya yang menyamakan kedudukan.
7. Komentar Pelatih & Suporter
Pelatih Montréal mengaku puas dengan perkembangan tim, meski belum mencapai hasil maksimal. Ia menyoroti kedisiplinan dan semangat pantang menyerah yang mulai terlihat.
Sebaliknya, pelatih Puebla mengaku kecewa dengan keputusan kartu merah. “Kami datang untuk menang. Tapi dengan 10 orang, hasil imbang ini tetap bisa kami banggakan.”
Di media sosial, suporter Montréal terlihat terbagi. Sebagian memuji semangat tim, sebagian lagi masih frustrasi karena peluang yang terbuang. Dari kubu Puebla, justru banyak pujian karena mampu bertahan dengan 10 pemain dan tetap memberi perlawanan sengit.
8. Situasi Klasemen & Skenario Lanjutan
Hasil imbang ini membuat grup semakin terbuka.
Puebla kini mengoleksi 4 poin dari dua pertandingan.
Montréal baru mengumpulkan 1 poin dan harus menang besar di laga terakhir sambil berharap hasil laga lain memihak.
Dengan jadwal padat, tim yang bisa rotasi pemain secara cerdas dan menjaga mental bertanding kemungkinan besar akan lolos. Montréal harus segera bangkit dan mengevaluasi penyelesaian akhir mereka yang belum maksimal.
Pertandingan ini menunjukkan bahwa dalam sepak bola, angka di papan skor kadang tidak mencerminkan seluruh cerita. Montréal bermain lebih dominan, tapi tidak bisa mengunci kemenangan. Puebla bermain lebih efisien, bahkan saat kekurangan satu pemain.
Duel dingin di Kanada ini bukan cuma soal cuaca. Ini duel mental, duel strategi, dan duel keberanian. Kedua tim menunjukkan bahwa Leagues Cup bukan sekadar pelengkap kalender—ini ajang penuh gengsi dan energi.
90 menit yang bikin deg-degan. Dan siapa pun yang menonton, tahu satu hal pasti: sepak bola Amerika Utara dan Meksiko semakin panas, dan laga seperti ini adalah buktinya.